Awal Perkenalan denganmu (15)
Oleh : Anisa Ratna Pertiwi
Tema : Kelas Pena Kreatif
Jumlah kata : 707 kata
Awal mula mengenalmu, ketika seorang teman sering _memposting_ cerita di _wall_ _facebooknya_. Tiap hari kuikuti ceritanya yang begitu mengalir dengan tema romansa keluarga. Semakin hari kumulai iri dengan keahliannya menulis.
_Wah, keren ini orang,_ batinku.
Suatu hari aku semakin panas dibuatnya. Melihatnya _memposting_ _cover_ sebuah buku benar-benar memancing sifat iri dalam diriku. Dalam cover, tertulis namanya bersama rekan-rekan yang lain. Sedikit ada hal yang _tak_ biasa. Aku belum pernah menjumpai satu buku berisi rombongan penulis yang lebih dari sepuluh orang. Karena aku tipikal orang yang _kepo_ akhirnya kuputuskan untuk menghubunginya.
[Mak, _kok_ bisa nulis bagus dan sampai _bikin_ buku. Kasih tipsnya donk?] Kukirim pesan melalui _whatsapp_ pribadinya.
[Halah, Mak. Aku lho masih belajar juga,] balas Mak Ahdaf.
[Aku _pengen_ bisa, Mak. _Ajarin_ _donk!_] pintaku.
Kami memang terbiasa memanggil dengan sapaan “Mak”, mungkin karena sama-sama sudah jadi emak-emak. Mak Ahdaf ini temanku semasa kuliah.
[Ada kelas menulis. Kalau mau, nanti aku masukkan ke kelas _previewnya_. Gratis kok!] tawarnya.
[Boleh, Mak. Selagi gratis, kenapa _enggak?_] balasku.
Kebiasaan emak-emak setiap melihat _diskonan_ maupun _gratisan_ pasti semangat 45.
_Notifikasi_ masuk ke gawaiku. Ada grup baru di dalam _whatsappku_, tertulis _PREVIEW_ KPK _BATCH_ 12. Dari sinilah awal mula aku mendengar kata KPK selain merupakan singkatan dari Komisi Pemberantasan Korupsi, melainkan Kelas Pena Kreatif.
Mulai saat itu, aku belajar mengenalmu lebih dalam.
Lepas dari _ngerecokin_ Mak Ahdaf untuk minta ilmu _nulisnya_, aku fokus mengikuti kelas premiummu, alias kelas berbayarmu. Cukup murah dibandingkan pelatihan-pelatihan _online_ lainnya. Cukup kutransfer nominal Rp 150.000,00 aku sudah berhak duduk cantik di grup kelas premium. Selama sebulan aku belajar, dengan satu minggu belajar materi kepenulisan dan sisanya bimbingan membuat buku antologi. Sungguh, tidak rugi rasanya kuputuskan untuk mengenalmu lebih jauh.
Istilah baru banyak bermunculan di kepalaku. Ternyata belajar menulis tidak semudah bayanganku. Ada banyak ilmu yang harus aku timba dari para ahli di kelasmu. Seperti istilah buku antologi, aku baru tahu setelah duduk manis di kelasmu --KPK--, bukan Komisi Pemberantasan Korupsi lho, ya?
Belum lagi jenis-jenis alur cerita, bahasa kerennya _Plot_. Selama belajar Bahasa Indonesia, hanya mengenal alur maju, mundur, dan campuran. Namun, setelah berada di kelasmu ini aku semakin tahu jenis-jenisnya. Penasaran kan? Makanya, ayo belajar _bareng_ di KPK!
Sebulan _full_ belajar daring setiap jam 8 malam, akhirnya aku dinyatakan lulus dan layak mendapatkan sertifikat pelatihan setelah berhasil menelurkan buku antologi bersama teman-teman satu gelombang. Kalau gagal tidak ikut buku antologi, berarti aku juga gagal menuntaskan pelatihan. Sayang _keles_ uang _pek go_ nya.
Aku semakin mengenal dunia literasi menulis darimu, tidak lagi gelap gulita. Bergabung di grup alumnimu, semakin membuatku merasa mempunyai banyak saudara yang tersebar di seluruh belahan dunia. Bagaimana tidak? Aku bisa mengenal seseorang yang tinggal di Jerman, yaitu Mbak Natasha. Walaupun awal perkenalan kita tidak begitu manis, tetapi cukup berkesan dan aku juga bisa kenal mentor utamamu yang berasal dari pulau seberang --The DeuDeu--, bahkan seorang Bang Ipul yang selalu membahas upil dengan _teteh-teteh_ yang ada di grup tanpa adanya rasa jijik sama sekali.
Grup alumnimu selalu ramai oleh obrolan para jebolan-jebolan pelatihanmu. Entah sudah berapa banyak orang yang menimba ilmu di kelasmu. Bahkan, kami punya bantal kebanggan yang selalu diperebutkan di setiap _challenge_nya.
Sungguh, dirimu telah memberikan warna baru dalam aktivitasku sehari-hari. Banyak _challenge_ yang kamu hadirkan dalam setiap bulannya. Biasanya, setiap kali aku mengikuti _challenge_mu, aku selalu _ngrecokin_ Mak Ahdaf untuk meminta masukan atas tulisanku. Namun, _challenge_ kali ini sungguh berbeda, bukan karena hadiahnya logam mulia, melainkan aku tidak lagi bisa meminta masukan dari Mak Ahdaf, karena dia telah meninggalkan dunia ini. Semoga karya solo pertama dan terakhirmu berjudul Mas Jono bisa memberikan penghiburan untuk mengingatmu dan mendoakanmu.
Harapanku mengikuti _challenge_ Parade Cerpenmu adalah ingin sekali dapat membukukan karyaku menjadi karya Solo. Walaupun aku tidak dapat membawa pulang hadiah logam mulia darimu. Namun, semoga harapanku bisa terwujud. Selain itu bisa ikut berpartisipasi dan mengasah lagi kemampuanku yang belum seberapa merupakan hal yang cukup menantang. Mendapat banyak teman baru di _challenge_mu ini juga merupakan suatu bonus tersendiri.
Kusampaikan rasa terimakasih padamu setulus-tulusnya. Luar biasa sekali untuk para mentor dan senior seperti Teh Deudeu, Mbak Duta, Teh Dan, Teh Ve, Mbak Eza, Mbak Agustuti, dan rekan-rekan lainnya. Doakan aku segera dapat menelurkan karya solo seperti Mbak Yuli Baroto, Mbak Assa, dan masih banyak teman lainnya yang juga telah berhasil menelurkan lebih dari satu karya solo.
Bogor, 21 Juli 2020
Labels:
Parade Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar