Pemikiran Ki Hajar Dewantara ada pada Kurikulum 2013

         Berbicara mengenai pembelajaran yang telah kita lakukan selama ini pasti akan sangat berbeda pengalaman antar satu pendidik dengan pendidik yang lainnya. Demikian halnya yang dirasakan oleh peserta didik. Pastinya mereka juga mengalami pengalaman yang berbeda setiap mendapatkan pendidik yang berbeda-beda.


        Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang pembelajaran yang saya lakukan baik sebelum maupun sesudah mempelajari kerangka berpikir Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan itu sendiri. Namun sebelumnya, izinkan saya memaparkan sedikit tentang pemikiran  Ki Hajar Dewantara tersebut.


        Berikut pemaparan tentang pemikiran beliau, Bapak Pendidikan Indonesia yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 ini.

1. Menuntun

    "Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh/ hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak." (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 5)


2. Petani

    ... seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat/ jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.2, paragraf 1)


3. Budi Pekerti

    "Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/ semangat." (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.6, paragraf 3)

Jadi, cipta, rasa, karsa dan budi pekerti akan mengkasilkan keseimbangan (keselarasan) hidup.


4. Bermain

    Kodrat anak adalah bermain. Aktivitas bermain pada anak merupakan dinamika belajar terpadu yang ada pada setiap proses tumbuh kembang anak.


5. Berpihak pada Anak

    Pendidikan diharapkan mampu memenuhi kodrat kebutuhan tumbuh kembang anak sehingga mampu tubuh menjadi insan dengan budi pekerti dan dapat berkontribusi pada masyarakat.

    "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak." (KHD, 1922).


Bagaimana dengan pembelajaran yang telah saya lakukan sejauh ini, sebelum mempelajari kelima pemikiran sang Petunjuk?


        Bagi saya pribadi, sebenarnya kelima pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sudah pernah kita ketahui. Kalau pertanyaannya kapan? Saya jawab sejak zaman kuliah juga kita sudah mempelajarinya, hanya saja kita tidak tahu bahwa hal tersebut merupakan hasil pemikiran dari sang tokoh revolusioner dalam dunia pendidikan.


        Sebagai contoh, setiap anak mempunyai kodrat masing-masing. Pasti dulu ketika kuliah pernah mendengar kalimat "Setiap anak itu Unik", selaras bukan dengan pemikiran tersebut? Kita sudah diarahkan untuk mengenali setiap potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Nah, kita juga diingatkan kembali kurang lebih tujuh tahun yang lalu ketika pemerintah menerapkan Kurikulum 2013. Melalui kurikulum tersebut, harapannya kita tidak hanya fokus pada nilai akademiknya. Paling tidak, sudah ada pergeseran pemikiran oleh guru-guru tentang penilaian keterampilan (KI 4) dan karakter yang ada pada KI 1 dan KI 2. Jadi, bagi saya pribadi, setelah mempelajari ini, saya berpikir, "Oh, ternyata selama ini hal yang kita lakukan adalah bersumber dari pemikiran Sang Bapak."


Terus langkah apa yang bisa saya lakukan ke depannya terkait hal tersebut?


        Yang jelas, saya harus melibatkan berbagai pihak untuk mendukung keberhasilan dalam mengenali potensi yang ada pada setiap peserta didik. Seperti rekan guru dan kepala sekolah, dan yang tak kalah penting adalah orang tua anak itu sendiri. 


        Kalau selama ini kita fokus mencapai tujuan pembelajaran kognitif saja, yang hanya diukur dari penilaian/ ulangan-ulangan (KI 3 - pengetahuan), sudah  sepantasnya kalau kita juga fokus pada hal lainnya seperti KI 1 - sikap spiritual, KI 2 - sikap sosial, dan KI 4 - keterampilan.


        Lakukan pengamatan (observasi) bahkan bisa juga dilakukan obrolan (bukan wawancara resmi) terkait dengan bakat dan minat yang dimiliki anak. Kalaupun obrolan dirasa cukup menguras waktu, dapat juga dilakukan dengan penyebaran angket. Dari sinilah kita dapat mengetahui bakat dan minat anak.


        Apabila sekolah dan pendidik mampu untuk mengembangkan bakat dan minat mereka secara langsung, alangkah lebih baik, jadi peserta didik lebih dapat terkontrol perkembangannya. Bagaimana caranya? Dengan mengadakan ekstrakurikuler.


        Namun, apabila pendidik dan sekolah tidak mempu mengembangkan bakat dan minat mereka secara langsung, hal yang harus dilakukan adalah mengarahkan untuk mencari wadah pengembang bakat dan minatnya.


Pasti akan muncul pertanyaan lain, Bagaimana dengan anak dari keluarga tidak mampu?


        Jangan patah semangat kalaupun tidak dapat bergabung dengan wadah/ komunitas yang berbayar. Karena sekalipun mutiara itu terletak di lumpur, insya Allah mutiara tersebut akan tetap bersinar asalkan ia juga menunjukkan potensi dirinya.


        Sekarang banyak tutorial atau pun ajang pencarian bakat. Tidak ada salahnya untuk tetap berusaha mencari dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak. Kalau dulu anak yang sukses itu adalah anak yang peringkat satu dalam nilai akademiknya, berbeda dengan sekarang. Siapa saja bisa sukses, karena takaran kesuksesan seseorang berbeda-beda.


        Ingat, kecerdasan itu ada banyak macamnya, tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi banyak kecerdasan lainnya yang dapat kita kenali pada diri peserta didik.

sumber : kaaffah.xyz

        Doakan saya, semoga bisa menjadi pendidik yang mampu mengenali potensi setiap peserta didiknya dan mampu menuntun-memberikan keteladanan baik pada sikap spiritual maupun sosial.


Terimakasih.
Semoga bermanfaat.





7 komentar: