Menuntun versi Anisa Ratna Pertiwi, S.PD
Demonstrasi Kontekstual Pemikiran Ki Hajar Dewantara - MENUNTUN
Versi Anisa Ratna Pertiwi, S.Pd
Menuntun -
Pendidikan itu hanya menuntun tumbuh/ hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat pada anak-anak.
KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, Hal.1, paragraf 5
Menurut saya pribadi, ketika Bapak Irwan Syahril, Dirjen GTK, memberikan perumpamaan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan Tata Surya dan Karya Seni, maka tak ada salahnya saya mencari perumpamaan lain. Saya mengumpamakan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Menuntun itu seperti orang yang "angon" bebek, atau dalam bahasa Indonesia adalah Menggiring Bebek.
Mengapa demikian?
Pendidik diumpakan sebagai orang yang sedang menggiring/ menuntun bebek untuk mencapai tujuan. Kalau tujuan bebek di sini adalah mencari makanan, sebenarnya tidak jauh berbeda. Hanya saja, manusia tidak sesederhana itu. Memang tujuannya adalah berjuang untuk mencari makan, tapi rasa-rasanya tidak elegan ketika kita sebutkan tujuan utamanya adalah hal tersebut.
Hakikinya tujuan manusia hidup di dunia ini adalah mencari amal sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat nantinya, ini tujuan bagi manusia yang beragama Islam.
Nah, pendidik diminta untuk menuntun peserta didik sesuai dengan potensi/ bakat dan minat peserta didik. Ada kalanya peserta didik mengalami jalan buntu/ tersesat ketika mencari potensi yang dimilikinya, sama halnya dengan bebek yang mengalami keluar jalur/ barisan dengan rombongannya. Perlu adanya bimbingan dan arahan untuk dapat menemukan potensi sebenarnya. Perlu digaris bawahi, ketika bebek keluar barisan, bukan berarti mereka dipaksa untuk kembali ke barisannya, melainkan diarahkan ke jalur yang sesuai dengan tujuannya dan disesuaikan kembali dengan potensinya.
Banyak hal yang dapat terjadi ketika bebek keluar barisan dan terpisah atau lepas dari jangkauan penggiringnya, seperti tertabrak sepeda motor, jatuh ke selokan/ gorong-gorong, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk dimakan ular sawah.
Sama halnya ketika anak-anak tersesat dan tidak berada pada pengawasan, apa yang akan terjadi? Bisa saja anak putus sekolah, menyerah dengan keadaan, lupa tujuan utamanya, dan masih banyak lainnya. Tugas kitalah sebagai pendidik untuk mengarahkan dan menuntunnya. Agar tujuan utama MERDEKA BELAJAR dapat tercapai.
Lalu, hal apakah yang dapat kita ambil dari bebek tersebut?
1. Kekompakan
Bebek selalu berjalan beriringan, saling support/ memotivasi antar satu dan lainnya.
2. Toleransi
Pernahkah kita melihat bebek berebut makanan? Tidak bukan. Karena mereka menghormati antar sesamanya.
3. Membedakan hal baik dan buruk
Sekalipun bebek makan di lumpur, tetapi bebek dapat membedakan mana makanannya dan mana lumpurnya. Nah, diharapkan peserta didik dapat membedakan mana hal baik/ buruk untuk dirinya dan lingkungannya.
4. Budaya antre
Barisan bebek ini terlihat rapi, mereka seperti sedang belajar antre.
5. Patuh dan disiplin
Bebek-bebek ini mau diarahkan dan mau berdisiplin dengan aturan-aturan yang telah disepakati.
Bagaimana dengan potensi peserta didik kita?
Silahkan renungkan, potensi apa yang dapat kita gali dan kita arahkan untuk mereka.
Demikian demonstrasi kontekstual pemikiran Ki Hajar Dewantara versi saya pribadi.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar