3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual

Assalamualaikum Para Guru Hebat di mana pun berada.
Berikut ini adalah tugas Calon Guru Penggerak pada Modul 3.1 yaitu Demonstrasi Kontekstual Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran menggunakan Jurnal Monolog.


Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Saya, Anisa Ratna Pertiwi, S.Pd merupakan CGP Angkatan 1 dari Kabupaten Bogor.
Pendamping Guru Penggerak : Bapak Fadhlan Fadilah, M.Pd.I

Fasilitator : Ibu Cucu Hadiati, M.Pd


Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apasih jurnal monolog itu?

Jurnal monolog merupakan sebuah catatan pribadi yang berisi percakapan individu terhadap dirinya sendiri.

Agar lebih menarik, jurnal monolog saya buat dalam bentuk semi bulletin.


Adapun 9 Langkah Pengambilan Keputusan tersebut, sudah saya coba dalam permasalahan yang saya anggap ini sudah masuk ke dalam dilema etika. Jika selama ini hanya untung-rugi dan benar-salah, maka dengan langkah ini, membuat saya lebih yakin dengan keputusan yang telah saya buat.

Masalah yang seperti apa, yang saya hadapi sekarang dan saya anggap sebagai dilema etika?

TAWARAN MUTASI ke Sekolah lain oleh Kepala SD tersebut (tujuan) atau tetap BERTAHAN di SD sekarang.

Banyak pertanyaan yang muncul dan mengganggu kepala saya. Seperti :

Apa yang seharusnya saya lakukan? Kira-kira keputusan mana yang akan saya ambil? Bisa jadi ini kesempatan satu-satunya agar saya bisa berada di lingkungan sekolah dengan predikat sekolah favorit?

Lalu, bagaimana saya menyelesaikannya?

Saya mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan


1.  Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini

     Nilai yang bagaimana?

Saya merasa, bahwa sekolah sekarang lebih membutuhkan saya dibanding sekolah yang menjadi tujuan baru. Sekolah sekarang, jumlah guru PNS hanya ada kepala sekolah, guru agama Aslam yang sebentar lagi pensiun, dan saya sendiri. Jika alasan mutasi nantinya adalah karena pemerataan jumlah PNS, jelas bukan. Karena sekolah tujuan banyak sekali guru PNSnya. Jika alasan mutasi karena SD kami siswanya sedikit, bukan berarti dapat dibenarkan untuk memindahkan salah seorang guru dengan jumlah guru yang sudah pas dan tidak ada lebihan. Jika alasannya karena prestasi yang sekarang saya peroleh, sedikit kecewa karena baru 3 tahun saya di mutasi ke sekolah yang sekarang terlepas dari predikat yang disematkan pada saya. Kalaupun prestasi, sekolah tujuan sangat memungkinkan untuk mendatangkan tenaga ahli agar melatih sumber daya manusia yang ada.


2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

Masalah ini menjadi dilema beberapa pihak, terlebih bagi kepala sekolah saya saat ini dan saya pribadi. Dari dilema dan diskusi bersama dengan beliau, akhirnya menjadi dilema juga bagi pengawas atau kepegawaian, karena prosedur mutasi berasal dari penawaran KS tujuan langsung kepada saya pribadi, tanpa adanya diskusi dengan atasan (KS sekarang). Namun, jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah SWT dalam setiap pengambilan keputusan kita. Jika keputusan yang sudah kita ambil adalah baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Jadi, biarkan Allah yang memutuskan apa yang terbaik buat hamba-Nya setelah kita yakin dengan keputusan yang kita buat.


3. Kumpulkan fakta-fakta relevan dengan situasi ini

Fakta yang dimaksud adalah apa yang mendasari terjadinya dilemma tersebut?

Awal mula yang mendasari adalah adanya 2 orang guru yang pensiun dan mendapat promosi jabatan menjadi KS. Sehingga membutuhkan guru untuk mengisi kekosongan tersebut. Dari sanalah muncul tawaran untuk pindah ke SD tsb, baik tawaran yang berasal dari sesama rekan guru maupun dari KS SD tsb. Namun, hal yang menjadi pemikiran saya selanjutnya, jika saya benar mutasi, bagaimana dengan SD yang saya tinggalkan? Di SD tsb justru lebih membutuhkan guru. Dan satu yang menjadi pelajaran berharga saya, mutasi ke SD di tengah kota tidak menjamin kenyamanan kita dalam bekerja. Saya sudah nyaman di SD sekarang, nyaman dengan orang tua siswa, rekan guru, KS, dan dengan siswanya sendiri. Dan pelajaran yang lebih penting lagi adalah, ketidakenakan hati saya ketika meninggalkan sekolah tanpa melalui prosedur yang baik (tidak izin KS), bukan tanpa sebab, saya pernah melakukan kesalahan ini di awal penempatan.


 4. Pengujian benar/ salah

Pengujian benar/ salah ini dilihat dari uji legal, uji regulasi/ standar professional, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji panutan/ idola.

Saya pribadi merasa ini tidak ada kaitannya dengan pelanggaran hukum, jadi tidak perlu dilakukan uji legal. Namun, untuk uji regulasi/ standar professional sepertinya terkait, karena apabila saya menerima tawaran tsb, bisa jadi saya kehilangan respek dari KS sekarang dan rekan-rekan guru  baik yang ada di sekolah maupun gugus singajaya, karena saya masih mempunyai amanat sebagai Ketua KKG Gugus Singajaya. Bagaimana mungkin saya bisa pindah gugus?

Terlebih untuk uji intuisi, jika diuji dengan uji ini, bisa jadi saya akan dicurigai oleh sesame rekan guru. Bagaimana tidak? SD tujuan jumlah siswa lebih banyak, di sana lahan basah untuk membuka les-lesan. Beda dengan sekolah sekarang yang jauh dari kata bisnis.

Untuk uji halaman depan koran, saya rasa tidak ada hubungannya.

Dan untuk uji panutan, masih tetap aka nada pro dan kontra dalam hal ini.


 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

     Jika ada 4 paradigma seperti berikut ini,

a.     Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b.     Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.     Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.     Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Mungkin lebih cocok jika dihubungkan dengan individu lawan masyarakat, yaitu individu diri saya sendiri, lawan semua warga sekolah sekarang


6. Melakukan Prinsip Resolusi

    Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan saya pakai?

a.     Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.     Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.     Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Saya akan berpikir menggunakan basis hasil akhir dan rasa peduli, karena saya sudah nyaman di lingkungan sekolah sekarang dan kami sudah merasa seperti saudara yang saling peduli satu dengan lainnya.


7. Investigasi Opsi Trilema

Opsi Trilema sejauh ini belum diperlukan, karena hanya membutuhkan jawaban Iya, diterima tawaran mutase atau Maaf, saya sudah nyaman dengan sekolah sekarang.

Jikalau opsi trilemma diperlukan, maka saya akan mutase tetapi bukan sebagai seorang guru, melainkan sebagai seorang KS.


8. Buat Keputusan

Jadi, keputusan yang saya ambil adalah “Maaf, saya masih nyaman dengan sekolah sekarang. Alasan yang Bapak berikan belum cukup meyakinkan saya untuk tertarik mutase ke sekolah tujuan.”

 

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Inshaallah saya sudah yakin dengan keputusan yang saya buat.


Demikian Jurnal Monolog Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar